Konservasi Arsitektur di JABODETABEK
Kolese Kanisius (Collegium Canisianum)
Kolese Kanisius atau dalam bahasa latin
disebut (Collegium Canisianum) dengan
akronim CC yang dieja menyesuaikan ejaan lama [sésé]
merupakan lembaga pendidikan bernafaskan iman katolik yang didirikan pada tanggal
1 juli 1927, dengan seorang rohaniwan yesui, Peter Dr. J. Kurris SJ, sebagai
direktur Kolese kanisius yang pertama. Hingga kini Kolese Kanisius dikenal
dengan lembaga pendidikan khusus laki-laki. Nama kanisius diambil dari santo
pelindung sekolah yaitu Santo Petrus Kanisius (1521-1597). Kolese Kanisius
memiliki semangat dasar yaitu 4C : Competence, Compassion, Comitmnet, dan Conscience. Kolese Kanisius dikenal
debagai salah satu sekolah yang memiliki larangan ketat dalam menyontek
A.
Sejarah Kolese Kanisius
-
Nama Bangunan Lama : CanisiusCollege HBS
-
Nama Bangunan Baru :
CanisiusCollege
-
Alamat :
Jl. Menteng Raya No 64, Jakarta Pusat
-
Pemilik :
CanisiusCollege dan Yayasan Budi
-
Arsitektur :
Ekletik, Romantik, dan Modern
1. Periode Awal (1927-1931)
Kolese
Kanisius berdiri pada tanggal 24 Oktober 1926 dan Pater Dr. J. Kurris, SJ
sebagai direktur (Kolese Kanisius) yang pertama. Kelas pertama dimulai pada
tanggal 1 Juli 1927 sebagai AMS (Algemene Middlebare School).
Pembangunan gedung dengan
asrama, aula, dan lapangan tenis selesai tanggal 1 Juli 1929. Pada 26 Oktober
1931, status Kolese Kanisius lengkap dan Pater Van Hoof, SJ diangkat sebagai
rektor yang pertama.
2. Masa Kemajuan (1931-1952)
Meskipun telah memiliki
gedung baru, murid, dan staf guru yang lengkap, kekurangan selalu membuntuti
Kolese Kanisius. Maka dimulailah pembentukan kelompok pendidikan pada
tahun-tahun tersebut, di antaranya paduan suara, orkestra, perkumpulan
sandiwara dan majalah.
Pada tahun 1938, RP Van
Hoof, SJ digantikan oleh RP De Quay, SJ. dengan tugas membangun HBS. Pada tahun
yang sama memulai membangun gedung baru 2 tingkat beserta asrama yang berada di
sayap kanan, namun pembangunan sempat tertunda karena perang dunia II, kegiatan
belajar-mengajar di Kanisius dan sekolah ini dijadikan Sekolah Menengah Tinggi
Negeri. Baru tanggal 1 Januari 1946, Kanisius kembali dibuka dan pembangunan
HBS kembali dilanjutkan oleh RP Bastiaan, SJ. sampai tahun 1948.
Rektor pada tahun 1940-1947
adalah RP Van den Linden, SJ dan kemudian digantikan RP Ingen Housz, SJ. Tanggal
1 Agustus 1949, kegiatan di Kanisius dapat kembali berjalan normal. Sebelum
akhir tahun 1949, murid-murid Kanisius menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk
pertama kalinya, setelah adanya penyerahan kedaulatan Indonesia dari Belanda.
Tahun 1952, Kanisius
merayakan peringatan 25 tahun Kolese. Perayaan itu diisi acara parade sepeda
hias. Selain itu, muncul beberapa cabang olahraga baru, seperti bola basket,
bola tangan, dan gerak jalan.
3. Periode 1952-1967
Mulai tahun ajaran 1952-1953
(Kolese Kanisius) mengubah arah dan haluan pendidikan. Pada tahun 1952, Kolese
Kanisius mulai menghapus HBS dan membuka SMP dan SMA dipimpin oleh Pater
Kreekelberg, SJ sebagai direktur (SMP merangkap SMA) (sekarang P. Kiswara, SJ).
Dalam kurun waktu 15 tahun,
siswa SMP dan SMA Kanisius selalu mencapai angka kelulusan 90-100% dalam Ujian
Penghabisan Negeri. Tahun 1962, Kolese Kanisius dipercaya untuk membuka kelas
percobaan bagian A dan C. Untuk memenuhi peraturan P&K yang berlaku, maka
Sutaryo Komara diangkat menjadi direktur SMA, karena jumlah kelasnya sudah
lebih dari 12 kelas. Sejak 1 Agustus 1964, P. Jeuken, SJ menjadi direktur
SMP-SMA menggantikan Pater Krakeelberg, SJ. yang mengembangkan mata pelajaran
menjadi 4 jurusan yaitu ilmu budaya, ilmu sosial, ilmu pasti, dan ilmu
pengetahuan alam.
Untuk mempererat hubungan
dengan sekolah lain, diadakanlah PORASKA (Pertandingan Antara Sekolah Katolik).
Karena pertandingan ini tidak hanya melibatkan pria, maka Kolese Kanisius
bekerja sama dengan SERVIAM (SMA Santa Ursula dan SMA Santa Theresia). Selain
itu juga dibentuk Koor Malam Kesenian tahun 1967 dengan kedua SMA tersebut.
Kegiatan pramuka diadakan
pada tahun 1962 dan meraih juara pertama. Camping diadakan pada waktu liburan.
PPSK (Persatuan Pelajar Sekolah Katolik) didirikan sebagai cikal bakal pengurus
OSIS di kemudian hari. PPSK Kanisius juga ikut membantu usaha memberantas PKI
(Partai Komunis Indonesia). Bulan Maret 1966, para siswa berjaga di depan
sekolah dengan menggunakan senjata pinjaman dari siswa yang orangtuanya anggota
ABRI. Kegiatan lain yang muncul di Kanisius adalah siaran radio amatir Pemancar
Kanisius.
4. Periode 1967-1977
Tahun 1967, untuk pertama
kalinya Kolese Kanisius dipimpin oleh alumninya sendiri, yaitu Pater Prayitno,
SJ. Kolese Kanisius juga merayakan perayaan ke-40 secara terbatas di kalangan
alumni saja. Pada tahun ini juga, asrama sekolah ditiadakan dan diubah menjadi
ruang kelas. Di segi pendidikan, terjadi perubahan kurikulum, yaitu jurusan
berkurang menjadi 3, yaitu sastra budaya, ilmu pasti-alam, dan ilmu sosial-ekonomi.
Diadakan juga ujian bersama dengan sekolah lain, seperti Pangudi Luhur, Santa
Theresia, Santa Ursula, Budi Mulia, dan lain-lain.
Tahun 1974, pimpinan SMP
Kanisius diserahkan pada Pater Sewaka, SJ dan Pater Jeuken, SJ sehingga tidak
ada lagi pimpinan merangkap jabatan SMP dan SMA. Kompleks pastoran juga
dibangun. Pada perayaan kolese ke-50 tahun 1977, diadakan balap reli motor
tanggal 17 Juli 1977. Selain itu juga ada bazaar murah, yang pendapatannya
disumbangkan ke sekolah kurang mampu di Jawa Tengah.
Tahun 1974 Kanisius juga
menerapkan sistem Credit Point untuk menindaklanjuti kurikulum dari Kanwil
P&K DKI Jakarta. Sistem ini digunakan untuk meningkatkan mutu lulusan SMP
dan SMA sesuai dengan bakatnya masing-masing. Selain itu, gedung baru bertingkat
2 juga dibangun dengan bantuan Pemerintah Belanda.
Selama kurun 10 tahun
(1966-1976), ada 3 sistem pendidikan yang berbeda, yaitu Ujian Penghabisan
Negeri (1966-1970), Ujian Penghabisan Sekolah (1971-1975) dan sistem Credit
Point (mulai 1976). Pater Jeuken, SJ kemudian digantikan Pater Drost, SJ yang
sebelumnya menjabat sebagai rektor IKIP Sanata Dharma. Istilah rektor kemudian
diganti menjadi superior.
5. Periode 1977-1987
Tahun 1982, SMA Kanisius
menjadi sampel tes nasional, di mana Kanisius diminta 20 muridnya untuk
menentukan batas kemampuan belajar. Tahun itu juga mulai diadakan EBTANAS
dengan pelajaran yang diujikan yaitu PMP/PKn dan Bahasa Indonesia. Pater Drost,
SJ juga ikut menyusun dan memantapkan kurikulum 1984, di mana terdapat PMDK
(Penelusuran Minat dan Kemampuan).
Kolese Kanisius juga
mendapat kemajuan pesat di bidang seni. Frater Aziz Mardopo, SJ (sub moderator
1981-1983) dan Frater Sandiawan Sumardi, SJ (sub moderator 1983-1985)
mendirikan satu ekskul baru bernama Craddha (teater dan drama Kolese Kanisius)
yang anggotanya juga murid dari Santa Ursula, Santa Maria, dan Tarakanita.
Diadakan juga acara Malam Puisi di mana dihadiri penyair dari TIM.
Saat itu, ekskul Canipress
mengalami kekurangan dana. Redaksi majalah menolak kalau harga majalah
dinaikkan, sehingga sebagai gantinya uang sekolah muridlah yang dinaikkan. Pada
Hari Pers 1987, Canipress diundang majalah Nona untuk mengikuti lomba koran
dinding dan berhasil menjadi juara nasional. Sejak saat itu, perkembangan
majalah dan koran dinding di SMP dan SMA dimulai.
6. Periode 1987-2002
Pada tahun 1991 meremajakan
dua bangunan depan Menteng Raya 66 dan 68 karya arsitek Belanda, Fermon-Cuypers
dengan menghancurkannya dan membangun gedung baru 4 lantai, dengan lotengnya
sebagai markas PAKKJ (Perhimpunan Alumni Kolese Kanisius Jakarta). Fasilitas
baru pun tersedia, seperti kantin, lapangan parkir, ruangan kelas baru untuk
SMA, aula, dan laboratorium SMA. Aula lama di belakang yang tadinya hanya 1
lantai pun dibangun menjadi 2 lantai.
Awal tahun 2000, ditetapkan
aturan baru mengenai menyontek. Siswa SMP: sekali menyontek tidak bisa masuk
SMA, dan 2 kali menyontek keluar dari SMP, dan SMA: satu kali menyontek
langsung dikeluarkan dari SMA. Pater E. Baskoro Poedjinoegroho, SJ menjadi
Kepala SMA Kanisius awal tahun 2001 menggantikan Pater Riyo Mursanto, SJ.
Kepala SMP juga diganti, dari Bapak A.J. Djuwarta menjadi Bruder Triyono, SJ.
Sedangkan moderator SMP dijabat Pater Guido K. Hidayat, SJ.
7. Periode 2002-Sekarang
Pada tahun 2009, terjadi
pergantian Kepala SMA Kanisius menjadi Pater Drs. Joannes Heru Hendarto, M.Ed.,
SJ.
B.
Kanisius sebagai Kolese
Hingga kini Kanisius membuka
kelas SMP (VII, VIII, IX) dan kelas SMA (X, XI IPA dan IPS, XII IPA dan IPS). Yang menjadi ciri
khas dari Kanisius adalah sifatnya sebagai kolese (college), di mana siswa tak hanya dibangun diri sebatas akademiknya
saja namun memiliki sifat rohani dan beberapa sifat kelakuan yang ditonjolkan,
yang dikenal dengan 3C. Prinsip 3C ini adalah Competence (kepintaran), Conscience (hati nurani), dan Compassion (kepedulian terhadap sesama). Dari prinsip ini
dikembangkan beberapa prinsip lain yang berdasarkan 3C ini, yakni sikap
kejujuran, sikap "man for and with others" (kita hidup untuk dan bersama sesama), berbagai
Semangat Ignatian yang dibangun oleh Ignatius Loyola. Semangat Ignatian yang dibangun adalah Ad
Maiorem Dei Gloriam (Demi Lebih Besarnya Kemuliaan Tuhan), magis (selalu
semakin baik dari hari-ke-hari), refleksi, diskresi (mampu membedakan perbuatan
baik dan jahat).
Referensi :
Komentar
Posting Komentar